AGAMA DAN KEHIDUPAN MANUSIA


1.      Pengertian Agama
Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta yakni a berarti tidak dan gama berarti kacau. Argumentasi itu mengisyaratkan bahwa agama dapat menghindarkan manusia dari kekacauan serta mengantar manusia dalam kehidupan yang tertib dan teratur. Pandangan lain berasal dariu bahasa Indo Germania yang darinya lahir kata go dalam bahasa Inggris, gaan dalam bahasa Belanda, dan gein dalam bahasa Jerman yang kesemuanya mengacu kemakna jalan. Pengkajian huruf a pada awal kata agama menjadikannya sebagai kata benda sehingga “agama” adalah jalan yang mengantar manusia menuju kebahagiaan duniawi dan ukhrawi (M. Quraisy shihab,2005;21)
Lebih lanjut Prof. Dr. M. Quraisy Shihab menguraikan di Bali dikenal istilah agama yang mencerminkan peraturan yang mengatur hubungan manusia dengan penguasa, igama adalah yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan atau dewa-dewa mereka, sedang ugama adalah ketentuan yang mengatur hubungan manusia sesamanya.
Sebelumnya beberapa pakar mendefinisikan arti agama, yakni
Filosof Inggris john Loke (1632-1704 M), memberikan komentar bahwa mendefinisikan agama tidak mudah kalau enggan berkata “mustahil” bagi ilmu yang ingin memberikan batasan yang tepat, “agama bersofat khusus, pribadi, sumbernya adalah jiwaku dan mustahil bagi selainku, memberi aku petunjuk itu”.
Sementara Seneque (2-66M), bahwa agama adalah pengetahuan tentang Tuhan dan upaya meneladaninya, Agust Comte (1798-1557) bahwa agama adalah pengabdian kemanusiaan. Dan Immanuel Kant (1724-1804) beragama adalah menjadikan semuanya sebagai kewajiban kita, berarti perintah-perintah Tuhan yang suci harus dilaksanakan.
Para pakar Muslim, agama adalah sekumpulan petunjuk Ilahi yang disampaikan melalui Nabi dan Rasul untuk menjadi pedoman hidup bagi manusia dan mengantar mereka meraih kebahagiaan dunia akhirat.
Pada akhirnya kita dapat berkata bahwa agama adalah yang Maha Dahsyat dengan sifat-sifatNya, yang amat indah dan sempurna mendorong jiwa itu mengabdi dan mendekatkan diri kepadaNya, baik karena takut maupun karena dorongan kagum dan cinta.
Menurut Quraisy Shihab, paling tidak ada tiga hal harus dipenuhi untuk dapat dinamai beragama, yaitu :
Pertama, Keyakinan tentang wujud Tuhan Yang Maha Esa
Kedua, Melaksanakan Ibadah
Ketiga, Mempercayai tentang adanya Hari Kemudian.
2.      Fungsi Agama Bagi Kehidupan Manusia
Kebutuhan manusia terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan segala peraturannya dapat ditinjau dari aspek psikologi dan aspek sosiologi.
Secara psikologis, orang dengan akalnya yang sehat dapat mengetahui zat Tuhan Yang Maha Esa dengan memperhatikan alam dan lingkungannya, akan tetapi akal manusia tidak dapat menjelaskan “apa dan bagaimana zat Tuhan itu”. Hal ini harus di jelaskan oleh Nabi dan Rasul kepada manusia.
Dari aspek sosiologis, Manusia yang pada dasarnya adalah makhluk hidup yang selalu ingin bergaul dan bermasyarakat, agar kehidupan masyarakat teratur dan damai maka di butuhkan ketentuan-ketentuan atau peraturan-peraturan yang mengatur pergaulan manusia, dalam hal ini yang tepat adalah agama.
Dari sisi lain manusia adalah makhluk lemah dan tidak berdaya. Dalam kehidupan manusia, penuh dengan tantangan, ujian dan problem yang terkadang membuat rasa tidak tenang dan penuh kegelisahan.
Ketenangan dan kebahagian yang hakiki dapat diraih melalui petunjuk agama yang melahirkan keimanan dan keyakinan bahwa segalanya hanya ada pada Tuhan Yang maha Esa, untuk itu manusia mengabdi dengan beribadah dan berdoa agar terhindar dari berbagai kedzoliman dan memohon agar Allah akan memberikan limpahan Rahmat dan Ridhonya.
Orang yang beriman akan senantiasa bertawakkal, beribadah, bersabar dan bersyukur kepada Allah SWT sehingga kehidupan manusia akan menjadi tentram, tidak berburuk sangka kepada sesama manusia, terlebih kepada Allah SWT.


3.      Agama Islam Arti dan Ruang Lingkupnya
Islam berasal dari kata aslama yang merupakan turunan dari kata assalmu, assalamu, dan assalamatu yang artinya bersih dan selamat dari kekacauan lahir batin. Islam juga mengandung makna suci, bersih tanpa cacat atau sempurna.
Kata islam juga dapat diambil dari kata assilmu dan assalmu yang berarti perdamaian dan keamanan. Dan dari kata assalamu, assalmu, dan assilmu yang berarti menyerahkan diri, tunduk, dan taat. Semua asal kata di atas berasal dari tiga huruf yaitu sin, lam dan mim (dibaca salima) yang berarti sejahtera, tidak tercela dan selamat.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan Islam mengandung arti berserah diri, tunduk, patuh dan taat sepenuhnya kepada Allah, yang melahirkan keselamatan dan kesejahteraan serta kedamaian kepada sesama manusia dan lingkungannya.

Pengertian Islam secara terminologis di ungkap Ahmad Abdullah Almasdoosi (1962) bahwa Islam adalah kaidah hidup yang diturunkan kepada manusia sejak manusia digelarkan ke muka bumi,dan terbina dalam bentuknya yang terakhir dan sempurna dalam Al-Qur’an yang diwahyukan Tuhan kepada Nabi-Nya yang terakhir, yakni Nabi Muhammad Bin Abdullah, satu kaidah hidup yang memuat tuntunan yang jelas dan lengkap mengenai aspek kehidupan manusia baik spritual maupun material.
Bertolak dari definisi itu dapat diturunkan Allah kepada manusia melalui rasul-rasulNya, berisi hukum-hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan alam semesta. Agama diturunkan ke muka bumi sejak Nabi Adam as sampai Nabi Muhammad saw adalah agama Isalam.
Firman Allah QS. Ali imrān, 3:19. Terjemahannya:
“Sesungguhnya agama di sisi Allah adalah Islam”
Uraian di atas mempertegas bahwa semua agama yang wahyu sejak Nabi Adam as sampai kepada Nabi Muhammad saw adalah Islam, baik pendekatan bahasa maupun pemaknaan terminologi berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an. Atas dasr itu maka lahir pembagiab agama yakni Agama Samawi yaitu agama wahyu atau agama yang sumbernya dari Tuhan dan  Agama Ardhi yaitu agama budaya yang sumbernya dari manusia.

4.      Kerangka Dasar Ajaran Islam
Secara garis besar, kerangka dasar dan atau lingkup Islam menyangkut tiga hal pokok, yakni :
1.      Aspek keyakinan yang biasa di sebut aqidah yaitu aspek credial atau keimanan terhadap Allah dan semua yang difirmankan-Nya untuk diyakini.
2.      Aspek norma atau hukum yang disebut syariah, yaitu aturan-aturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah, sesama manusia dan dengan alam semesta
3.      Aspek perilaku yang disebut akhlak, yaitu sikap-sikap atau perilaku yang nampak dari pelaksanaan aqidah dan syariah.
Ketiga aspek tersebut tidaklah berdiri sendiri, tetapi menyatu membentuk kepribadian yang utuh pada diri seorang muslim. Firman Allah QS. Al-Baqarah 2:208 Terjemahannya :
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu”.


Antara aqidah, syariah dan akhlak masing-masing saling berkaitan. Aqidah atau iman merupakan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk melaksanakan syariah. Apabila syariah telah dilaksanakan berdasarkan aqidah akan lahir akhlak. Oleh karena itu, iman tidak hanya ada di dalam hati, tetapi ditampilkan dalam bentuk perbuatan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aqidah merupakan landasan bagi tegak berdirinya syariah dan akhlak adalah perilaku nyata pelaksanaan syariah.

Uraian di atas menggambarkan bahwa aqidah mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan beragama. Ibarat sebuah bangunan, aqidah merupakan pondasi dan atau tiang pancang yang mesti kokoh untuk menopang seluruh badan bangunan agar tidak roboh. Aqidah yang kokoh akan mampu melaksanakan syariah atau hukum-hukum Al-Qur’an dan hadis yang kemudian berimplikasi melahirkan akhlakul karimah.
Bagikan:

1 comment:

KONTAK

1. Email : handar_subhandi@yahoo.com 2. Facebook : Handar Subhandi 3. Twitter : @handar_subhandi 4. Researchgate : Handar Subhandi 5. Google Scholar : Handar Subhandi 6. Orcid ID : 0000-0003-0995-1593 7. Scopus ID : 57211311917 8. Researcher ID : E-4121-2017

Popular Posts

Labels

Artikel Terbaru