Motif dan Pelaku Pembajakan Pesawat Udara

Berdasarkan data yang dapat ditemukan ternyata bahwa terdapat beberapa motif pembajakan serta pelakunya, yaitu pembajak dengan motif pribadi, pembajak dengan motif penculikan, pembajakan yang semata-mata bersifat politik disamping pembajakan yang disertai dengan ancaman kekerasan dan pembajakan yang bermotif pengungsi politik, sebagaimana diuraikan di bawah ini:

1. Pembajakan dengan motif pribadi
Pembajakan yang bermotif pribadi dapat terdiri atas berbagai alasan, seperti pembajakan yang semata-mata merupakan tindak pidana (kejahatan) biasa yang dilakukan secara pribadi dengan mengumpulkan harts bends untuk keperluan pribadi, misalnya pembajakan terhadap pesawat udara milik Trans World Airlines (TWA) bulan Juni 1970. Pembajak menuntut tebusan US $ 100.000, namun sebelum berhasil memperoleh tebusan telah ditangkap oleh FBI dan diturunkan di Bandara Udara Internasional Dulles Woshington D.C. (Evans, A.E) (1969: 695).
Pembajakan lain yang termasuk motif pribadi adalah karena sakit jiwa (mentally disturbed person), Aggrawala (1971 : 9). Demikian pula pembajakan terhadap pesawat jumbo jet All Nippon Airways (ANA). Pembajakan menuntut agar pesawat diterbangkan ke sebuah pangkalan Angkatan Udara, AS di Yokata sebelah barat Tokyo, harian Kompas 24 Juli 1999.
Motif pembajakan lain yang termasuk kategod ini adalah rindu tanah air (home sick) Fick. RL. (1969 – 1970 : 83). Pembajakan yang demikian ini banyak terjadi di Amerika Serikat dan kawasan Amerika Selatan. Arah pembajakan pada umumnya ke Cuba. Orang-orang Cuba juga pada tahun 1961 membajak dari Cuba ke Amerika Serikat, setelah beberapa waktu merasa rindu ingin kembali ke Cuba. Jenis pembajakan semacam ini tuntutannya sangat sederhana yaitu agar diantarkan ke tempat tujuannya (Cuba). Oleh karena itu, resiko untuk menangani pembajakan ini sangat kecil yaitu dengan cara memenuhi tuntutan pembajak tersebut.

2. Pembajakan dengan motif penculikan
Menurut Aggrawala (1971 :9) pembajakan yang bermotif penculikan biasanya ada hubungan dengan masalah politik. Misalnya kasus penculikan Perdana Menteri Kongo pada tanggal 30 Juni 1969 dimana sebuah pesawat udara jenis HS 125 yang sedang dicarter Perdana Menteri Moise Tshombe dibajak dan didaratkan di Aljazair oleh penerbangnya. Dalam hal ini pemerintah Aljazair terlibat.
Pembajakan dengan motif penculikan disamping melibatkan pemerintah yang sedang bermusuhan dapat juga dilakukan secara pribadi tanpa melibatkan pemerintah. Misalnya pembajakan terhadap pesawat udara pribadi jenis Piper pada tanggal 17 Pebruari 1968 dengan tuntutan oleh pembajak bernama Boyton agar pesawat. diterbangkan ke Cuba. Demikian pula pembajakan yang bernama Jessie, pada tanggal 4 Agustus 1968 membajak pesawat udara milik Naples Airlines jenis Gessna 182 yang dicarter secara pribadi ke Cuba setelah tiba di Cuba, secara sukarela kembali ke Amerika Serikat melalui Mexico. Pembajak kemudian dijatuhi hukuman 10 tahun penjara.

3. Pembajakan dengan motif politik
Menurut hasil penelitian yang dihimpun oleh International Police Crime Organization (INTERPOL) ternyata 64,4% dari seluruh pembajakan pesawat udara adalah bermotif politik Horvitz(1976 147).
Pembajakan yang bermotif politik dilakukan oleh suatu kelompok anggota organisasi yang rapih, seperti Black Panthers di Amerika Serikat, orang-orang Militan di Amerika Latin, kaum komunis muda di Jepang (Red Army), Korea Selatan, Pergerakan Pembebasan Palestine (Popular Front for the Liberation of Palestine) di Timur Tengah, Ethopia, koloni Portugis di Afrika, Kasmir, orang-orang Cuba di Amerika Serikat dan orang-orang Jahudi di Rusia.
Pembajakan yang semata-mata bersifat politik adalah yang dilakukan oleh due orang pembajak berwarga negara Italia, Giovini dan Panichi. Mereka membajak pesawat udara Olympic Airways yang sedang tinggal landas dari Paris menuju Athena. Pembajak menuntut dikembalikan ke Paris dan menyebarkan selebaran serta plakat yang bertujuan mendukung demokrasi Yunani. Dalam kasus ini tanpa menimbulkan korban para pembajak akhirnya ditangkap dan dihukum penjara di Prancis.
Pembajakan bermotif politik disertai kekerasan yang dilakukan pada tanggal 30 Januari 1971 terhadap pesawat F.27 milik Indian Airlines dibajak oleh Kashmiri Liberation Front dan mendarat di Lahore, Pakistan. Pesawat F.27 tersebut akhirnya diledakkan karena tuntutan para pembajak untuk membebaskan rekan-rekan mereka yang dipenjara oleh pemerintah India tidak dipenuhi.
Pembajakan jenis ini pernah terjadi pada saat pertikaian antara bangsa Arab dan Israel di Timur Tengah, tahun 1968 ketika Popular Front for the Liberation of Palestine (PFLP) membajak pesawat udara milik perusahaan penerbangan EL AL ke Aljazair dan pembajak menuntut pembebasan rekan-rekan mereka yang dipenjara di Israel (Bedinger JR., Bninsk, R.A) (1974 : 1074 -1079).

4. Pembajakan dengan Motif Pengungsi
Pada awal pembajakan udara, sesudah perang dunia kedua, sejak tahun 1947 sampai dengan tahun 1952 semua pembajakan bermotif pengungsi politik. Pembajak melarikan diri dari negara-negara Eropa Timur seperti Romania, Yugoslavia, Hongaria, Polandia, Czechaslovakia serta Belgic ke negara-negara Eropa Barat maupun Amerika Serikat atau Kaneda. Mereka mengungsi mencari tempat tinggal baru yang dianggap sesuai dengan sistem politik dan sosialnya. Pada saat itu telah terjadi tidak kurang dari 18 (delapan belas ) kali pembajakan yang melibatkan kurang lebih 101 (seratus satu) orang pembajak. Pelaku pembajakan tanggal 6 April 1948 17 orang 3 diantaranya pilot atau awak pesawat udara. Martono (1987:18).
Pada umumnya pembajakan dengan motif pelarian politik bertujuan untuk memperoleh perlindungan di negara tempat tujuannya. Misalnya pada tanggal 4 Desember 1980 dua wafga negara Polandia membajat pesawat udara Antonof - 24 dan menuntut untuk terbang ke-Templehof sebuah pangkalan militer Amerika Serikat di Jerman Barat dan mints suaka politik kepada Amerika Serikat.
Selain dari motif-motif pembajakan tersebut di atas pada akhir-akhir ini terdapat pembajakan dengan motif imigrasi. Pembajak yang beridentitas Mohamed El Quafi membajak pesawat Boeing 737 - 400 milik Royal Air Maroc (RAM) di Bandara Udara El Prat Barcelona, Spanyol tanggal 25 Agustus 1999. Pembajak memaksa pilot menerbangkan pesawat ke Frankfrut Jerman agar dapat bertemu dengan pacarnya di Jerman.
Bagikan:

No comments:

Post a Comment

KONTAK

1. Email : handar_subhandi@yahoo.com 2. Facebook : Handar Subhandi 3. Twitter : @handar_subhandi 4. Researchgate : Handar Subhandi 5. Google Scholar : Handar Subhandi 6. Orcid ID : 0000-0003-0995-1593 7. Scopus ID : 57211311917 8. Researcher ID : E-4121-2017

Popular Posts

Labels

Artikel Terbaru